TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PADI
Oleh:
Bambang Pikukuh, Gatot Kustiono, Dwi Styorini dan Muslich Purwoko
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
UNIT PRODUKSI BENIH SUMBER (UPBS)
2007
PENDAHULUAN
Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS misalnya, berarti benih sumbernya adalah klas BS (Breeder Seed/benih penjenis/ benih label kuning), sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS/BP/benih label ungu boleh menggunakan benih kelas FS atau BS
Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikasi benih yang berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen maupun mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik benih). Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan benih (jika dipelukan) sebelum benih disemai maupun sebagai kelengkapan untuk proses pengajuan sertifikasi benih berikutnya.
Teknik budidaya padi untuk benih sumber menggunakan pendekatan PTT, semua komponen PTT sangat dianjurkan dalam memproduksi benih sumber bermutu mulai dari pengilahan tanah, persemaian, penggunaan benih bermutu, sistem tanam , pengairan, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit dan panen.
PEMILIHAN LOKASI
Lahan unutk lokasi perbenihan sebaiknya lahan bera atau bekas pertanaman padi varietas yang sama. Lahan harus dalam kondisi yang subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik, bebas dari sisa-sisa tanaman (singgang) atau varietas lain. Isolasi jarak minimal antara dua varietas yang berbeda adalah tiga meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi pertanaman dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar empat minggu.
PERSEMAIAN
Lokasi untuk persemaian sebaiknya bekas lahan bera atau tanaman selain padi atau dengan cara pengolahan tanah sempurna dengan diikuti pembersihan lokasi. Teknik pembuatan persemaian :
Luas persemaian adalah 4 % dari luas areal pertanaman atau sekitar 400 m untuk tiap hektar pertanaman.
Pupuk boksi secukupnya dan pupuk kimia yang digunakan untuk persemaian adalah Urea, SP -36 dan KCL masing masing dengan takaran 15 g/m.
Sebelum di sebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam .
Benih yang mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 25-50 g/m atau 0,5 – 1 kg per 20 m
PENYIAPAN LAHAN
Tanah diolah secara sempurna, yaitu dibajak (pertama), digenangi selama dua hari dan dikeringkan selama tujuh hari, lalu dibajak kembali (kedua), digenangi selama dua hari dan dikeringkan lagi selama tujuh hari. Terakhir, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.
Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan disemprot dengan herbisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7 – 10 hari atau sesuai dengan anjuran.
PENANAMAN
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15 – 21 hari, satu bibit perlubang.
Jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm bergantung pada varietas yang ditanam.
Penyulaman dilakukan pada tujuh hari setelah tanam, dengan bibit dari varietas dan umur yang sama.
Sistem tanam yang dianjurkan dengan jajar legowo 1-2 atau 1-8 berjajar
PEMUPUKAN
Pemupukan dilakukan dengan penerapan PHSL (Pemupukan hara spesifik lokasi) Lihat Brosur PHSL.
PENGAIRAN
Sejak tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Ketinggian air sekitar 2 – 3 cm untuk mendorong pertumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi memerlukan aerasi yang baik . Oleh karena itu, pengairan berselang atau Intermitten sangat dianjurkan.
PENYIANGAN
Penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman dari gangguan gulma dan kemungkinan tercampurnya biji gulma dalam benih yang akan dihasilkan. Penyiangan dilakukan sedikitnya dua atau tiga kali tergantung keadaan gulma. Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, jika gulma sudah dikendalikan.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) adalah konsep pengenda-lian yang efektif dan ramah lingkungan.
ROUGING/SELEKSI
Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan benar dan dimulai pada fase vegetatif sampai akhir pertumbuhan. Rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun tanaman yang yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi. Untuk itu, pertanaman petak pembanding (check plot) dengan menggunakan benih outentik sangat disarankan. Pertanaman petak pembanding digunakan sebagai acuan dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan.
Beberapa hal yang dapat digunakan untuk patokan dalam melakukan rouging :
Rouging pada stadia vegetatif awal (35-45 HST)
Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasannya awal menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
Rouging pada stadia vegetatif akhir/anakan maksimum (50-60 HST)
Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan
Tanaman/rumpun yang tipe pertunasannya menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)
Rouging pada stadia generatif awal / saat berbunga (85-95 HST)
Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda (mencolok)
Rouging pada stadia generatif akhir / masak (100-115 HST)
Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain
Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang/menguning (mencolok)
Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah, warna gabah, dan ujung gabah (rambut/tidak berambut) berbeda.
PANEN DAN PROSESING
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila 90-95 % malai telah menguning . Benih padi ketika baru di panen masih bercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih.
Proses panen
dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terlebih dahulu dan dipisahkan serta tidak digunakan sebagai benih.
Panen dilakukan dengan memotong baigian tengah tanaman dan dirontok dengan mesin treser.
Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih, dan kadar air saat panen
Penjemuran
Pastikan lantai jemur bersih dari sisa gabah sebelumnya.
Gunakan lamporan /alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.
Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati jangan lecet.
Bila penjemuran dengan sinar matahari, umumnya memerlukan waktu 4-5 jam. Penjemuran dihentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43 oC.
Pengemasan
Pengemasan selain mempermudah penyaluran/transportasi