Situs Web Sarana Informasi dan Diseminasi

Posted in IT with tags on September 5, 2008 by porotani

SITUS  WEB BPTP JATIM  SEBAGAI SARANA INFORMASI DAN DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Muslich Purwoko*

BPTP Jawa Timur

Jl.Raya Karangploso Km.4 PO BOX 188 Malang 65101

E-mail: bptp-jatim@litbang.deptan.go.id

bptpjatim@yahoo.com

Situs web Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur dibangun sebagai bagian dari pertanggunjawaban institusi publik yang menggunakan dana publik sesuai dengan kegunaanya, situs web sebagai sarana kehumasan, dan diseminasi informasi hasil litkaji yang telah dihasilkan oleh institusi, di dalamnya memuat tentang profil, program, informasi hasil litkaji, jasa layanan dan bagaimana kita bisa beriteraksi dengan pengguna. Untuk dapat menyajikan infromasi terbaik (front-end) tentu saja memerlukan dukungan pengelolaan database secara professional (back-end), dan sebagai jawaban berbagai perkembangan yang terjadi berkaitan dengan melimpahnya informasi IPTEK, terbatasnya kemampuan sumber daya manusia, tuntutan yang makin kuat terhadap ketersediaan informasi serta permintaan yang semakin spesifik dari peneliti, penyuluh, petani dan masyarakat umum dari isolasi geografis. Tujuan utamanya adalah mempermudah akses kepada sumber informasi nasional maupun global, dapat dilaksanakan secara lebih luas dan terciptanya efisensi.

Kata kunci: ketersediaan informasi, keterbatasan SDM

Baca lebih lanjut

Pengembangan Teknologi Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Model Zero Waste

Posted in Uncategorized on Agustus 1, 2008 by porotani

Pengembangan Teknologi Sistem Integrasi

Tanaman-Ternak Model Zero Waste

Ruly Hardianto

BPTP Jawa Timur

PENGANTAR

Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (SITT) adalah intensifikasi sistem usahatani melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara terpadu dengan komponen ternak sebagai bagian kegiatan usaha. Tujuan pengembangan SITT adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian untuk mewujudkan suksesnya revitalisasi pembangunan pertanian. Model SITT yang dikembangkan di lokasi Kebun Percobaan Mojosari-Mojokerto berorientasi pada konsep ”zero waste production system” yaitu seluruh limbah dari ternak dan tanaman didaur ulang dan dimanfaatkan kembali ke dalam siklus produksi. Komponen usahatani SITT meliputi usaha ternak sapi potong, tanaman pangan (padi & palawija), hortikultura (sayuran), perkebunan, (tebu) dan perikanan (lele, gurami, nila). Limbah ternak (kotoran sapi) diproses menjadi kompos & pupuk organik granuler serta biogas; limbah pertanian (jerami padi, batang & daun jagung, pucuk tebu, jerami kedelai dan kacang tanah) diproses menjadi pakan. Gas-bio dimanfaatkan untuk keperluan memasak, sedangkan limbah biogas (sludge) yang berupa padatan dimanfaatkan menjadi kompos dan bahan campuran pakan sapi & ikan, dan yang berupa cairan dimanfaatkan menjadi pupuk cair untuk tanaman sayuran dan ikan.

Faktor penting dalam mendukung keberhasilan pengembangan SITT antara lain tersedianya inovasi teknologi yang bersifat tepat guna, kualitas sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan kelompok tani. Lambatnya perkembangan SITT di masyarakat terletak pada kurangnya intensitas sosialisasi, keterbatasan permodalan, keterbatasan fungsi kelembagaan inter dan/atau intra pelaku SITT yang berkaitan dengan aspek teknis, pemasaran dan kebijakan. Sebagai alternatif pemecahan masalah untuk pengembangan SITT antara lain perlu peningkatan sosialisasi, pembinaan kelembagaan tani, penguatan permodalan melalui skim finansial yang sesuai, pembinaan/pendampingan pemasaran hasil, sistem jaringan informasi yang terkoordinasi serta pendampingan teknologi sesuai dengan perkembangan pengetahuan, serta pengembangan sistem kelembagaan agribisnis dari hulu sampai hilir yang melibatkan petani, lembaga modal, lembaga ekonomi yang memberi akses penyaluran dan pemasaran hasil dengan dukungan pemerintah daerah dan pusat. Kegiatan Demo dan Gelar Teknologi ini merupakan salah satu bentuk upaya dalam mengembangkan jejaring informasi dan sarana percepatan alih teknologi SITT kepada para petani/peternak dan pelaku agribisnis.

Baca lebih lanjut

Posted in Tanaman Pangan on Agustus 1, 2008 by porotani

TEKNIK BUDIDAYA PADI GOGO

Suwono

BPTP Jawa Timur

a. Penyiapan lahan

· Pengolahan tanah dilakukan pada musim kemarau menjelang datangnya musim hujan.

· Pengolahan tanah diperlukan untuk menciptakan kondisi tumbuh yang baik.

· Pada tanah datar sampai kemiringan kurang dari 5%, pengolahan tanah dicangkul (bajak) 2 kali dan satu kali garu.

· Pada lahan dengan kemiringan lebih dari 15%, pengolahan tanah sederhana (minimum tillage) atau tanpa olah tanah (TOT).

b. Pemilihan varietas

· Pemilihan varietas padi gogo didasarkan pada : 1) kesesuaian terhadap lingkungan tumbuh (ketinggian dan iklim), 2) umur tanaman berkaitan dengan curah hujan dan pola tanam, 3) ketahanan hama penyakit dan 4) produktivitas.

· Pilihan varietan adalah sebabagai berikut:

Varietas

Tahun

Umur

Hasil (t/ha)

Rasa Nasi

Toleransi

Situ Gintung

1992

140

2 – 3,5

Pulen

Bl,BB,WC2

Gajah Mungkur

1994

95

2,5

Sedang

Kr Fe

Kalimutu

1994

95

2,5

Sedang

Kr Fe

Way Rarem

1994

105

3 – 4

Pera

Bl,Kr Al, Fe

Jatiluhur

1994

115

2,5 – 3,5

Pera

Bl,Ngn

Cirata

1996

120

3 – 5

Pulen

Bl

Towuti

1999

120

3,5 – 7,5

Pulen

Bl,HDB,WC23

Limboto

1999

105

3 – 5

Sedang

Kr Al

Danau Gaung

2001

113

3 – 4

Sedang

Bl, KrAl&Fe

Batu Tegi

2001

116

3

Pulen

Bl,Kr Al

Situ Patenggang

2002

115

3,6 – 5,6

Sedang

Bl, Ngn

Situ Bagendit

2002

115

3 – 5/5 -65)

Pulen

Bl, HDB

Keterangan: Bl = blast; BB = Busuk leaf blight; WC = wereng coklat; Ngn = naungan

Baca lebih lanjut

Pembuatan Silase Hijauan

Posted in Uncategorized on Agustus 1, 2008 by porotani

PEMBUATAN SILASE HIJAUAN

dengan BAHAN ADITIF FML

(Fermented Mother Liqour)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

2008

TUJUAN PEMBUATAN SILASE

Tujuan pembuatan silase adalah menyimpan bahan pakan hijauan dalam bentuk segar ketika ketersediaannya berlimpah pada suatu periode waktu; yang dapat digunakan 3 – 6 bulan kemudian pada waktu masa paceklik pakan hijauan.

Peran FML dalam proses pembuatan silase adalah sebagai bahan aditif sumber nutrisi, yaitu PK, sehingga penggunaannya akan dapat meningkatkan kandungan PK silase.

APA ITU FML ?

FML adalah produk samping dalam proses produksi bumbu masak (MSG) di pabrik – pabrik bumbu masak (vitsin), antara lain di Pabrik Ajinomoto Mojokerto. Kandungan nutrisi FML dapat dilihat di Tabel 1 dan ilustrasi diperolehnya FML tertera di Diagram 1.

Tabel 1. Komposisi nutrisi cairan FML

Kadar air (KA)

%

72,13

Bahan kering (BK)

%

28

Protein kasar (PK)

%

69

Total digestible nutrients (TDN)

%

65

Berat jenis (BJ)

g/ml

1,155

Total Nitrogen

% berat

3,11

Amonium nitrogen

% berat

2,32

Tetes tebu

Decalsifikasi

Tetes bit

Glukosa

Bahan lain

Sterilisasi

Asam Glutamat

Fermentasi

MSG

FML

Sparasi

FML
Diagram 1. Proses terbentuknya FML

CARA PEMBUATAN

Pada prinsipnya proses pembuatan silase mulai dari pemotongan bahan hijauan yang akan disilase hingga selesai harus dilakukan secepat mungkin.

Langkah kerja :

1. Pakan hijauan segar setelah dipanen ditimbang sesuai dengan kebutuhan, kemudian dipotong-potong dengan ukuran sekitar 3 – 5 cm.

2. Hijauan dengan kadar air (KA) > 70% (BK < 30%) – rumput segar, pucuk tebu, tebon – perlu dilayukan (1-2 hari) hingga KA :60-65% (BK : 35-40%). Hijauan dengan KA <70% (BK : 40-60%) tidak perlu dilayukan.

3. Bahan yang sudah siap dibuat silase diberi imbuhan FML sebagai bahan aditif tunggal dan dicampur secara merata; dengan takaran sebagai berikut :

Per 100 kg bahan hijauan silase (Target kondisi silase dengan kandungan KA ± 40%)

Bahan silase

Berat

(kg)

FML

(liter)

Air

(liter)

Jerami padi segar

100

2,75

15

Jerami padi kering

100

3,00

40

Rumput gajah*, rumput lapangan, tebon/ daun jagung, pucuk tebu

100

2,75

0

* Rumput gajah yang dipanen umur 50 – 60 hari

4. Masukkan dalam suatu tempat (silo) dan ditutup rapat; perlu dinjak-injak hingga betul-betul padat dan dicapai kondisi an-aerob, setelah itu ditutup rapat (tidak boleh ada lubang sedikitpun). Apabila silo bentuk bangunan bak, maka setelah ditutup rapat permukaannya diberi pemberat (dapat berupa penimbunan dengan katong-katong pasir/ tanah).

Patokan ukuran silo yang ideal adalah

550 -650 kg hijauan silase per 1 m3

* Silo dapat berupa kantong-kantong plastik (poly ethylene) yang tebal atau berupa bangunan bak dari batu bata dan semen atau drum yang kemudian ditutupi plastik (bahan yang kedap udara dan air).

5. Proses silase akan berlangsung selama 21 hari

6. Apabila proses silase berjalan baik, akan ditandai dengan tidak adanya jamur dan baunya asam, maka penyimpanan dapat diteruskan sampai waktu kita memerlukannya.

PENGGUNAAN

Guna menjaga kestabilan kualitas gizi silase selama penyimpanan, maka selama penyimpanan tetap harus diupayakan sedikit mungkin udara luar (O2) masuk dalam silo. Oleh karena itu membuka dan menutup silo ketika mengambil silase harus dilakukan secara cepat dan sesudahnya ditutup dengan rapat.

Bahan pakan hijauan hasil silase yang sudah dikeluarkan dari silo harus segera diberikan kepada sapi (setelah terlebih dahulu diangin-angin 1-2 jam).

Teknologi Perbanyakan Benih Padi

Posted in Uncategorized on Juli 31, 2008 by porotani

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH  PADI

 Oleh:

Bambang Pikukuh, Gatot Kustiono, Dwi Styorini dan Muslich Purwoko

 

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR

UNIT PRODUKSI BENIH SUMBER (UPBS)

2007

PENDAHULUAN

 

Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS misalnya, berarti benih sumbernya adalah klas BS (Breeder Seed/benih penjenis/ benih label kuning), sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS/BP/benih label ungu boleh menggunakan benih kelas FS atau BS

Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikasi benih yang berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen maupun mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik benih). Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan benih (jika dipelukan) sebelum benih disemai maupun sebagai kelengkapan untuk proses pengajuan sertifikasi benih berikutnya.

Teknik budidaya padi untuk benih sumber menggunakan pendekatan PTT, semua komponen PTT sangat dianjurkan dalam memproduksi benih sumber bermutu mulai dari pengilahan tanah, persemaian, penggunaan benih bermutu, sistem tanam , pengairan, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit dan panen.

 

PEMILIHAN LOKASI

Lahan unutk lokasi perbenihan sebaiknya lahan bera atau bekas pertanaman padi varietas yang sama. Lahan harus dalam kondisi yang subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik, bebas dari sisa-sisa tanaman (singgang) atau varietas lain. Isolasi jarak minimal antara dua varietas yang berbeda adalah tiga meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi pertanaman dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar empat minggu.

 

PERSEMAIAN

Lokasi untuk persemaian sebaiknya bekas lahan bera atau tanaman selain padi atau dengan cara pengolahan tanah sempurna dengan diikuti pembersihan lokasi. Teknik pembuatan persemaian :

Luas persemaian adalah 4 % dari luas areal pertanaman atau sekitar 400 m untuk tiap hektar pertanaman.

Pupuk boksi secukupnya dan pupuk kimia yang digunakan untuk persemaian adalah Urea, SP -36 dan KCL masing masing dengan takaran 15 g/m.

Sebelum di sebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam .

Benih yang mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 25-50 g/m atau 0,5 – 1 kg per 20 m

 

PENYIAPAN LAHAN

Tanah diolah secara sempurna, yaitu dibajak (pertama), digenangi selama dua hari dan dikeringkan selama tujuh hari, lalu dibajak kembali (kedua), digenangi selama dua hari dan dikeringkan lagi selama tujuh hari. Terakhir, tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.

Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan disemprot dengan herbisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7 – 10 hari atau sesuai dengan anjuran.

 

PENANAMAN

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15 – 21 hari, satu bibit perlubang.

Jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm bergantung pada varietas yang ditanam.

Penyulaman dilakukan pada tujuh hari setelah tanam, dengan bibit dari varietas dan umur yang sama.

Sistem tanam yang dianjurkan dengan jajar legowo 1-2 atau 1-8 berjajar

 

PEMUPUKAN

Pemupukan dilakukan dengan penerapan PHSL (Pemupukan hara spesifik lokasi)  Lihat Brosur PHSL.

 

PENGAIRAN

Sejak tanam hingga seminggu kemudian, air perlu tersedia secara cukup untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman. Ketinggian air sekitar 2 – 3 cm untuk mendorong pertumbuhan anakan baru. Jika permukaan air terlalu tinggi, pertumbuhan anakan tertekan. Tanaman padi memerlukan aerasi yang baik . Oleh karena itu, pengairan berselang atau Intermitten sangat dianjurkan.

 

PENYIANGAN

Penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman dari gangguan gulma dan kemungkinan tercampurnya biji gulma dalam benih yang akan dihasilkan. Penyiangan dilakukan sedikitnya dua atau tiga kali tergantung keadaan gulma. Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, jika gulma sudah dikendalikan. 

 

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Pengendalian hama dan penyakit menggunakan konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) adalah konsep pengenda-lian yang efektif dan ramah lingkungan.

 

ROUGING/SELEKSI

Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu rouging perlu dilakukan dengan benar dan dimulai pada fase vegetatif sampai akhir pertumbuhan. Rouging adalah kegiatan membuang rumpun-rumpun tanaman yang yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang benihnya diproduksi. Untuk itu, pertanaman petak pembanding (check plot) dengan menggunakan benih outentik sangat disarankan. Pertanaman petak pembanding digunakan sebagai acuan dalam melakukan rouging dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan.

Beberapa hal yang dapat digunakan untuk patokan dalam melakukan rouging :

 

Rouging  pada stadia vegetatif awal  (35-45 HST)

Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan

Tanaman/rumpun yang tipe pertunasannya awal menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)

 

Rouging pada stadia vegetatif akhir/anakan maksimum  (50-60 HST)

Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan

Tanaman/rumpun yang tipe pertunasannya  menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok)

 

Rouging pada stadia generatif awal / saat berbunga (85-95 HST)

Tanaman yang tumbuh diluar jalur barisan

Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda (mencolok)

 

Rouging pada stadia generatif akhir / masak (100-115 HST)

Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman yang yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dengan sebagian besar dengan rumpun-rumpun yang lain

Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang/menguning (mencolok)

Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah, warna gabah, dan ujung gabah  (rambut/tidak berambut) berbeda.

 

PANEN DAN PROSESING

Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila 90-95 % malai telah menguning . Benih padi ketika baru di panen masih bercampur dengan kotoran fisik dan benih jelek. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih.

 

Proses panen

dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terlebih dahulu dan dipisahkan serta tidak digunakan sebagai benih.

Panen dilakukan dengan memotong baigian tengah tanaman dan dirontok dengan mesin treser.

Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama varietas, kelas benih, bobot calon benih, dan kadar air saat panen

 

Penjemuran

Pastikan lantai jemur bersih dari sisa gabah sebelumnya.

Gunakan lamporan /alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu tinggi di bagian bawah hamparan.

Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati jangan lecet.

Bila penjemuran dengan sinar matahari, umumnya memerlukan waktu 4-5 jam. Penjemuran dihentikan apabila suhu hamparan benih lebih dari 43 oC.

 

Pengemasan

Pengemasan selain mempermudah penyaluran/transportasi